SAFETY IN THE AIR STARTS ON THE GROUND

Selasa, 01 Juni 2010

Sekolah Paralayang


PACU ADRENALIN, Selain tak butuh biaya mahal, paralayang relatif mudah dipelajari. Hanya perlu sehari belajar untuk bisa langsung mencoba.

BUKANNYA tanpa risiko, tapi jika mengikuti prosedur yang tepat dan berlatih benar, paralayang bisa jadi sesuatu yang adiktif untuk kesegaran pikiran. Seperti halnya olahraga ekstrem lainnya, paralayang yang biasa disebut ”terjun gunung” ini melalui proses latihan terlebih dulu.

Biasanya dimulai di sebuah lapangan dengan bukit landai berketinggian 10 meter. Kawasan Sentul, Jawa Barat, menjadi salah satu lokasi favorit para pelatih paralayang untuk memperkenalkan teknik dasar kepada calon pilot. ”Modalnya cuma keyakinan, badan sehat, dan keinginan yang kuat,” ucap instruktur paralayang Yana Mulyana dari klub Papatong.

Papatong berasal dari bahasa Sunda yang berarti ‘capung’. Para calon pilot dikumpulkan dalam satu tim yang berisi tiga hingga 10 orang dalam sekali latihan. Setengah hari digunakan untuk pengenalan peralatan, mulai dari parasut,harness, traffic udara, teknik dasar, sejarah paralayang, dan yang paling penting keselamatan (safety). Jika cuaca bagus, setengah hari kemudian akan dilanjutkan dengan praktik.

Para murid dipersilakan untuk mencoba terbang 10 kali di atas bukit dengan ketinggian 10 meter. ”Ini dilakukan hanya untuk merasakan feel-nya,” kata pria kelahiran 2 Agustus 1972 ini. Setelah melakukan 10 kali penerbangan uji coba, para siswa ini sudah siap untuk terbang di tempat yang lebih tinggi. Daerah Gunung Mas, Kawasan Puncak,Jawa barat menjadi pilihan yang tepat untuk melakukan latihan lanjutan ini.

Untuk memperoleh predikat penerbang lanjutan I, siswa harus melalui proses penerbangan minimal 40 kali dengan pengawasan instruktur. Untuk penerbangan pertama, seorang siswa hanya diperbolehkan mengikuti perintah yang diberikan instruktur, bermodalkan alat komunikasi, handy-talky (HT) yang menempel pada pundak.

Minimal juga harus ada dua instruktur yang mendampingi saat melandas (take off)dan mendarat (landing). ”Karena saat itu siswa belum bisa mengukur bagaimana harus mendarat di satu titik. Jadi kalau instruktur mengarahkan kanan, dia mengikuti menarik tangan kanan, dan sebaliknya,” ucap Yana.

Setiap penerbangan yang dilakukan para siswa dicatat dalam sebuah catatan bernama log book. Isinya antara lain catatan mengenai kondisi angin, cuaca, penerbangan, hingga pendaratan siswa. Setiap catatan akan dievaluasi terus-menerus untuk memperoleh kemajuan yang dinginkan.

Dalam menggeluti dunia paralayang, yang harus diperhatikan adalah keamanan dan pengendalian rasa takut. Siswa harus memanajemen risiko (airmanship) dengan menjaga rasa takut sebesar 50%. ”Selain selalu mengikuti prosedur, siswa tidak boleh merasa terlalu jago sehingga over confidence dan membahayakan dirinya sendiri,”

Dua hal yang menjadi penentu bisa atau tidaknya penerbangan terjadi, yakni faktor cuaca dan angin. Untuk itu, dalam olahraga ini selalu dianut moto, ”lebih baik tidak terbang sekarang daripada tidak terbang selamanya”. Moto inilah yang dipegang sekitar 800 pilot paralayang berlisensi di Indonesia.

Tidak Mahal

SELESAI MENDARAT, Yana Mulyana mengemasi parasutnya setelah mendarat. Olah raga ini sepenuhnya mengandalkan angin.

PARALAYANG termasuk olahraga yang relatif terjangkau. Dengan kocek sebesar Rp250.000, kita sudah bisa terbang tandem di Gunung Mas, Puncak. Setelah satu kali terbang, adrenalin akan meningkat dan segera menginginkan lebih.

”Paralayang sebenarnya lebih bisa dinikmati semua kalangan. Semua orang bisa mencobanya karena relatif mudah,” Hal pertama yang harus dilakukan bagi seseorang untuk memulai paralayang yang tergabung da lam Olahraga Dirgantara Layang Gantung Indonesia – Federasi Aero Sport Indonesia (PLGI – FASI) ini adalah ikut klub.

Dengan masuk sebuah klub, pemula akan memperoleh pengetahuan dan peralatan yang dibutuhkan tanpa harus membeli. Biasanya, total biaya pelatihan sekitar Rp 4,5 juta untuk 40 kali penerbangan. Artinya, sekali terbang hanya butuh Rp122.500.

Angka tersebut sudah termasuk sewa alat, pendidikan awal, dan pendampingan instruktur selama 40 kali penerbangan. Jumlah yang sangat sebanding untuk bisa merasakan asyiknya terbang di udara.

Angin sebagai Sumber Tenaga

SELAIN perlengkapan yang memadai, faktor utama dalam olahraga paralayang adalah angin. Sayap (parasut) harus memperoleh angin dari depan (face lift) untuk bisa berkembang. Angin ini juga berfungsi saat mendarat.

Arah angin dari muka menjadi krusial karena membantu parasut mengembang sempurna. ”Seorang pilot tak hanya harus menguasai alat, juga mempelajari gejala alam seperti angin,” .

Menurut dia, ada dua tipe angin yang dapat membuat pilot tetap melayang di udara. Yang pertama disebut dynamic lift. Angin ini berembus dari daratan menuju bukit sehingga dipantulkan ke atas. Jika berada di bawah lokasi angin ini berembus, parasut akan menangkapnya dan penerbang akan terangkat lebih tinggi.

Kedua, thermal lift. Angin ini tercipta akibat pemanasan daratan oleh matahari sehingga menciptakan udara panas naik ke atas. Bentuknya seperti spiral udara panas yang berputar menuju langit. Teorinya sama, pilot akan naik ke atas jika berada di bawahnya. Untuk mengetahui lokasi ini, pilot biasanya dibantu menggunakan alat variometer.

Selain angin, cuaca juga jadi faktor penentu, apakah pilot bisa mengudara atau tidak. Salah satu petunjuknya adalah melihat bentuk awan yang bisa menandakan baik buruknya cuaca.

”Untuk itu, bukan tidak mungkin jika seorang pilot sudah jauh-jauh datang ke puncak, tapi tidak jadi terbang karena cuaca tidak kunjung membaik,”


sumber: koran sindo 25 nov 2007

1 komentar: