SAFETY IN THE AIR STARTS ON THE GROUND

Selasa, 25 Mei 2010

Sejarah Perkembangan Olah Raga Paralayang di Indonesia

1990
Paralayang mulai muncul di Indonesia ditandai dengan berdirinya Kelompok Terjun Gunung MERAPI di Yogyakarta pada bulan Januari 1990. Pada saat itu olahraga paralayang lebih dikenal dengan nama Terjun Gunung. Pendiri klub ini adalah Dudy Arief Wahyudi dan Gendon Subandono. Kedua orang tersebut belajar secara mandiri melalui manual dan majalah paralayang. Bukit-bukit pasir di Parangtritis menjadi tempat latihan awal olahraga ini. Parasut yang dipakai untuk pertama kali adalah tipe Drakkar produksi Parachute de France tahun 1987. Pada tahun ini pula David A Teak mulai merasakan nikmatnya terbang dengan paralayang.

1991
Komunitas penerbang paralayang bertambah dengan munculnya nama-nama Ferry Maskun, Daweris Taher, Bismo, dan Wien Suharjo. Dua orang yang disebut pertama sebelumnya adalah penerbang Gantolle. Sedang dua orang terakhir adalah anggota Klub Skienege - Jakarta. Dua tahun pertama ini dapat dianggap sebagai masa kepeloporan olahraga paralayang di Indonesia.

1992
Pada tahun ini komunitas paralayang bertambah banyak namun alat yang ada masih sangat terbatas. Tercatat sampai dengan akhir tahun 1992 ini hanya ada 5 buah parasut. Dengan semakin berkembangnya komunitas paralayang, dirasa perlu untuk mengorganisir diri guna meningkatkan teknik dan prosedur keselamatan dan dibentuklah PPI (Pusat Paralayang Indonesia).

1993
Musibah pertama olahraga paralayang. Dudy Arief Wahyudi dinyatakan hilang ditelan ombak laut Selatan di Parangtritis saat mendarat darurat di bawah tebing di sisi timur pantai Parangendog pada tanggal 7 February. Tubuhnya ditemukan dua hari kemudian sesudah dinyatakan hilang. Nama Terjun Gunung resmi diubah menjadi Paralayang karena jauh lebih enak didengar dan jauh dari kesan ngeri. Istilah ini diresmikan di Gunung Haruman saat berlangsungnya Eksebisi Layang Gantung dan Paragliding pada tanggal 22 dan 23 Mei oleh Klub Gantolle Bandung.

1994
Olahraga paralayang masuk secara resmi ke dalam pembinaan PB FASI di bawah naungan Pusat Gantolle Indonesia. Eksebisi Ketepatan Mendarat Paralayang pertama diselenggarakan di Puncak, Bogor, pada bulan April dan diikuti oleh sekitar 20 penerbang dari Jakarta, Bogor, dan Yogyakarta.

1995
Kejuaraan Nasional dan Terbuka Paralayang I diselenggarakan di Kemuning dan Gajah Mungkur, diikuti oleh 7 penerbang asing dan 14 penerbang lokal pada akhir bulan Agustus. Pada saat yang bersamaan diselenggarakan pula Kejuaraan Ketepatan Mendarat penerbang yunior di Kemuning, Karang Anyar.

1996
Bidang Paralayang resmi menjadi bidang tersendiri yang kedudukannya sejajar dengan Gantolle di bawah PLGI dalam Munas ke V PB FASI di Lembang Bandung. Bersamaan dengan itu Pusat Gantolle Indonesia dirubah menjadi Pusat Layang Gantung Indonesia. Kejuaraan Nasional dan Terbuka Paralayang II di Gunung Haruman, Garut diselenggarakan pada bulan Juli, diikuti oleh 23 penerbang (9 penerbang asing dan 15 penerbang lokal)

1997
Kejuaraan Terbuka Paralayang Haruman gagal berlangsung karena cuaca tidak mendukung. Rekor terbang cross country paralayang dibuat sejauh 37 km di Wonogiri pada bulan Agustus oleh Lilik Darmono saat berlatih untuk mengikuti Worl Air Games I di Turki. Bidang Paralayang PLGI mengirimkan 4 orang atlet paralayang ke WAG I Turki bulan September (Rizka, Bima, Lilik, dan Uthe).

1998
Kejuaraan Nasional dan Terbuka Paralayang III diselenggarakan di Wonogiri bersamaan dengan Kejuaraan Nasional Gantolle. Pada kejuaraan ini peserta yang ikut adalah sebanyak19 orang.

1999
PLGI bersama PB FASI berjuang agar olahraga paralayang dapat dipertandingkan di PON 15 di Jawa Timur. Kejuaraan Terbuka Haruman diselenggarakan pada bulan Juni. Kejuaraan Nasional IV dan Pra PON diselenggarakan di Gunung Banyak, Batu, Malang Jatim. Tercatat sebanyak 45 orang dari 10 daerah ikut menjadi peserta.

2000
Musibah kembali menimpa pada tanggal 8 February. Dadang dinyatakan hilang dihempas badai di Puncak, Bogor. Tubuhnya ditemukan empat hari berikutnya dibawah tower telkom. Kejadian ini mendapat perhatian luas dari media massa. Kejuaraan Ketepatan Mendarat Senior dan Yunior di Puncak diselenggarakan pada bulan April, diikuti oleh sekitar 70 penerbang dari berbagai daerah.
Pekan Olahraga Nasional XV berlangsung dan paralayang untuk pertama kalinya resmi menjadi cabang yang dipertandingkan dalam PON ini di Jawa Timur. Medali emas yang diperebutkan adalah sebanyak 4 buah. Peserta yang ikut adalah 32 orang dari 8 kontingen (Sumbar, Sumsel, Riau, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, dan Sulsel).

2001
Kejuaraan Ketepatan Mendarat dan Festival Paralayang kembali digelar untuk memperebutkan Telkom Cup di Puncak Jawa Barat. Diikuti oleh 87 penerbang dari berbagai daerah, event ini merupakan event yang paling terbanyak pesertanya sampai th 2001. PLGI menunjuk satu orang penerbang, Jimmy Leowardy, ke WAG II di Spanyol pada bulan Juni. Kejuaraan Nasional V diselenggarakan di Gunung Gajah Mungkur, Wonogiri, pada kejuaraan ini rekor nasional lintas alam jarak terbuka dipecahkan oleh Elisa dengan terbang sejauh + 41,3 km (open distance, TO ke LZ).

2002
Tanggal 14 s/d 17 Maret diselenggarakan Coaching Clinic Instruktur Paralayang Pertama di Halim Perdana Kusuma diikuti oleh 11 Instruktur dan 1 orang Magang Instruktur.

2003
Kecelakaan fatal terjadi di Pelabuhan Ratu ketika seorang penerbang tenggelam karena mendarat di tengah laut pada tanggal 3 Maret 2003. Diperkirakan korban tak sadarkan diri beberapa saat setelah lepas andas.
Kejuaraan Paralayang Telkom Cup diselenggarakan di Puncak pada Bulan Mei 2003 diikuti oleh 109 penerbang dari berbagai daerah di Indonesia. Penyelenggaraan dengan peserta terbanyak.
Kejuaraan Nasional dan Terbuka lintas alam di Gunung Haruman pada bulan Juli 2003, kejuaraan hanya berlangsung beberapa babak karena gangguan cuaca. Seorang penerbang fun fly mengalami kecelakaan fatal saat parasutnya kolaps hingga menghantam lereng.
Pra Pon untuk pertama kalinya diselenggarakan di luar Pulau Jawa, yaitu di Gunung Dempo Pagar Alam, Sumatera Selatan pada tanggal 3 September s/d 14 September 2003. terdapat dua lokasi lepas di daerah ini yaitu di Bukit 15 (1500 m dpal) dan Bukit 19 (1900 dpal).
Dalam rangka ulang tahun Kota Batu diselenggarakan Kejuaraan Ketepatan Mendarat Nasional Paralayang pada bulan Oktober. Dengan cuaca yang kurang bersahabat kegiatan hanya dapat berlangsung satu babak.

2004
Olahraga paralayang kembali dipertandingkan di PON XVI Sumatera Selatan. Lokasi kegiatan pertandingan ini adalah di Gunung Dempo Kota Pagar Alam. Kegiatan lomba berlangsung pada tanggal 1 s/d 14 September 2004.

2005
Kejuaraan Nasional Ketepatan Mendarat Nasional "Telkom Cup" diselenggarakan di Puncak, Bogor pada bulan April 2005. Kejuaraan Ketepatan Mendarat dan Lintas Alam Nasional diselenggarakan di Gunung Banyak, Batu, Malang pada bulan Juni dalam rangka hari ulang tahun Kota Batu. Kejuaraan Nasional VI Lintas Alam Wonogiri berlangsung pada tanggal 23-29 September. Rekor Nasional terbang lintas alam jarak terbuka dipecahkan oleh Sdr Lilik Darmono sejauh 44,5 km. Rekor lama atas nama sdr. Elisa Manueke sejauh 41,3 km.

2006
Kejuaraan Nasional Paralayang & Terbuka Wonogiri diselenggarakan di Gunung Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah pada tanggal 8 s/d 14 September 2006. Pada kesempatan ini dipecahkan rekor terbang paralayang jarak terbuka sejauh 45 km oleh sdr Yajid dari Jawa Timur. Diselenggarakan Pendidikan Instruktur Paralayang pada tanggal 31 Oktober s/d 2 November di Batu, Malang. Pengajar adalah Mr. Klaus Irchiek dari DHV (Jerman). Tujuan pendidikan ini adalah untuk membuat standar pendidikan paralayang di Indonesia setara dengan yang dilakukan di DHV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar